Cerita Idul Qurban di Al-Ishlah

Allahu Akbar, Allahu Akbar, la ilaaha ill-Allah, Wallahu Akbar, Allahu Akbar, wa Lillah il-hamd, malam ini sautan takbir bergema dimana-mana. Mulai dari Anak kecil hingga orang tua larut dalam kebahagiaan di malam hari raya umat Islam. Idul Adha atau biasa masyarakat Indonesia menyebutnya Hari Raya Qurban adalah Hari besar Islam yang bertujuan untuk meneladani sifat Nabi Ibrahim seorang Khalilullah –  Kekasih Allah. Begitu besarnya cintanya Nabi Ibrahim kepada Allah sehingga beliau rela menyerahkan segalanya kepada-Nya bahkan putranya sendiri, Nabi Ismail.

Mungkin kita sudah sering mendengar cerita Nabi Ibrahim yang kala itu akan menjalankan perintah Allah untuk menyembelih Ismail, anak satu-satunya yang begitu dicintainya.  Tetapi karena kepatuhan Ibrahim,  Allah pun akhirnya menggantinya dengan seekor domba saat disembelih. Tapi pernahkah kita melakukan hal yang sebegitu beratnya seperti yang diperintah Allah kepada Nabi Ibrahim?  Tentu saja kita tidak akan menyembelih putra kita sendiri tapi menggantinya dengan seekor domba/kambing atau sapi di hari Qurban ini.

Pagi ini terdapat berita yang cukup mengejutkan dari sebuah koran nasional yang di halaman utamanya berjudul “Receh demi Receh Nenek Pemulung Sahati Kumpulkan Uang untuk Berkurban Demi Kendaraan ke Surga, Nabung Rp 500 Selama Tujuh Tahun”. Seorang pemulung sampah yang usianya sudah tua renta mampu menyisihkan penghasilannya yang tak seberapa selama bertahun-tahun untuk bisa berqurban tanpa harus menunggu untuk menjadi orang kaya terlebih dahulu.

Menyembelih hewan Qurban pada hari raya Idul Adha adalah amalan sholih yang besar pahalanya jika diikuti oleh keikhlasan. Nabi Muhammad bersabda di salah satu haditsnya.

مَا عَمِلَ ابْنُ آدَمَ يَوْمَ النَّحْرِ عَمَلًا أَحَبَّ إِلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مِنْ هِرَاقَةِ دَمٍ وَإِنَّهُ لَيَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِقُرُونِهَا وَأَظْلَافِهَا وَأَشْعَارِهَا وَإِنَّ الدَّمَ لَيَقَعُ مِنْ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِمَكَانٍ قَبْلَ أَنْ يَقَعَ عَلَى الْأَرْضِ

 “Tidak ada satu amalan yang dikerjakan anak Adam pada hari nahar (hari penyembelihan) yang lebih dicintai oleh Alah ‘Azza wa Jalla daripada mengalirkan darah. Sungguh dia akan datang pada hari kiamat dengan tanduk-tanduknya, kuku dan rambutnya. Sesunggunya darahnya akan sampai kepada Allah ‘Azza wa Jalla sebelum jatuh ke tanah… “(HR. Ibnu Majah dan al-Tirmidzi, beliau menghassankannya)

Suasana Idul Adha di Pondok Pesantren Al-Ishlah tahun ini tidak jauh berbeda dengan tahun – tahun sebelumnya. Larangan pulang adalah salah satu hal yang tetap ‘terjaga’ di Pondok ini seperti zaman dulu. Hal yang memang dirasa oleh banyak anak adalah sebuah aturan yang berat karena sekolah diliburkan tapi tidak diperbolehkan untuk pulang ke kampung halaman, tetapi makna di balik itu adalah kebersamaan di hari raya dan tentu saja qurban yang diterima oleh Ponpes Al-Ishlah adalah salah satu tujuaannya agar dapat dinikmati oleh santriwan santriwatinya.

Hari selasa dini hari santri Ponpes Al-Ishlah mulai berduyun – duyun memadati lapangan kopen yang terletak di sebelah barat pondok. Imam dan Khotib Sholat Ied dipimpin oleh ustad Dzimam yang berasal dari desa Banyutengah Gresik. Di awal ceramahnya beliau berkisah tentang perintah Allah kepada malaikat Jibril untuk menghancurkan suatu kaum karena banyaknya maksimat yang melanda negeri kaum tersebut. Tetapi saat Jibril hendak membalikkan tanah yang mereka tempati, Allah berkehendak lain dan menyuruh Jibril untuk membatalkannya.

Malaikat Jibril pun bertanya kepada Tuhannya mengapa kaum yang gemar bermaksiat masih mendapat ampunan.  Allah SWT menjawab bahwa ternyata diantara kemaksiatan masih ada orang tua yang pada malam hari bangun dan mendirikan sholat tahajjud. Diantara mereka pula masih ada orang kaya yang berderma kepada fakir miskin dan diantara mereka juga masih ada anak yang tetap menjaga tali silaturrohim kepada orang tuanya.

Banyak pelajaran yang bisa dipetik oleh para jama’ah sholat idul adha dalam ceramah tersebut, selain bahasa yang disampaikan sangat lugas dan mudah dicerna, ceramahnya juga tak luput dari banyolan yang kadang sampai membuat jama’ah terpingkal – pingkal.

Pada tahun ini Pondok Pesantren Al-Ishlah Alhamdulillah mendapatkan sekitar 37 kambing dan 5 sapi. Panitia dibantu oleh oleh beberapa warga desa mulai menyembelih satu persatu hewan qurban dan mulai membaginya kepada orang – orang yang pantas mendapatkannya. Tak ketinggalan pula para santri juga mendapatkan jatah untuk nyate yang dikoordinir oleh ketua kamar.

One thought on “Cerita Idul Qurban di Al-Ishlah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *